Empat Unsur Api, Angin, Air, Tanah dan 4 Nafsu Amarah, Lawwamah, Mulhimah & Mutmainah
Telah kita ketahui bersama bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan dibumi dan segala sesuatu yang ada diantaranya bertasbih kepada Allah SWT.
Dalil Alqur’an bahwa benda mati dan benda hidup bertasbih:
QS. Al Israa (17) : 44
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa benda hidup dan benda mati bertasbih kepada Allah SWT.
ولقد آتينا داود منا فضلا يا جبال أوبي معه والطير وألنا له الحديد .
QS.Saba/34:10
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
Dalam tafsir ibnu katsir
( ولقد آتينا داود منا فضلا ياجبال أوبي معه والطير وألنا له الحديد ( 10 ) أن اعمل سابغات وقدر في السرد واعملوا صالحا إني بما تعملون بصير ( 11 ) ) .
يخبر تعالى عما أنعم به على عبده ورسوله داود ، صلوات الله وسلامه عليه ، مما آتاه من الفضل المبين ، وجمع له بين النبوة والملك المتمكن ، والجنود ذوي العدد والعدد ، وما أعطاه ومنحه من الصوت العظيم ، الذي كان إذا سبح به تسبح معه الجبال الراسيات ، الصم الشامخات ، وتقف له الطيور السارحات ، والغاديات والرائحات ، وتجاوبه بأنواع اللغات . وفي الصحيح أنرسول الله صلى الله عليه وسلم سمع صوت أبي موسى الأشعري يقرأ من الليل ، فوقف فاستمع لقراءته ، ثم قال " لقد أوتي هذا مزمارا من مزامير آل داود " .
وقال أبو عثمان النهدي : ما سمعت صوت صنج ولا بربط ولا وتر أحسن من صوت أبي موسى الأشعري ، رضي الله عنه .
ومعنى قوله : ( أوبي ) أي : سبحي . قاله ابن عباس ، ومجاهد ، وغير واحد .
وزعم أبو ميسرة أنه بمعنى سبحي بلسان الحبشة . وفي هذا نظر ، فإن التأويب في اللغة هو الترجيع ، فأمرت الجبال والطير أن ترجع معه بأصواتها .
وقال أبو القاسم عبد الرحمن بن إسحاق الزجاجي في كتابه " الجمل " في باب النداء منه : ( يا جبال أوبي معه ) أي : سيري معه بالنهار كله ، والتأويب : سير النهار كله ، والإسآد : سير الليل كله . وهذا لفظه ، وهو غريب جدا لم أجده لغيره ، وإن كان له مساعدة من حيث اللفظ في اللغة ، لكنه بعيد في معنى الآية هاهنا . والصواب أن المعنى في قوله تعالى : ( أوبي معه ) أي : رجعي معه مسبحة معه ، كما تقدم ، والله أعلم .
وقوله : ( وألنا له الحديد ) : قال الحسن البصري ، وقتادة ، والأعمش وغيرهم : كان لا يحتاج أن يدخله نارا ولا يضربه بمطرقة ، بل كان يفتله بيده مثل الخيوط; ولهذا قال : ( أن اعمل سابغات ) وهي : الدروع . قال قتادة : وهو أول من عملها من الخلق ، وإنما كانت قبل ذلك صفائح .
وقال ابن أبي حاتم : حدثنا علي بن الحسين ، حدثنا ابن سماعة ، حدثنا ابن ضمرة ، عن ابن شوذب قال : كان داود ، عليه السلام ، يرفع في كل يوم درعا فيبيعها بستة آلاف درهم : ألفين له ولأهله ، وأربعة آلاف درهم يطعم بها بني إسرائيل خبز الحوارى .
[ ص: 498 ] ( وقدر في السرد ) : هذا إرشاد من الله لنبيه داود ، عليه السلام ، في تعليمه صنعة الدروع .
قال مجاهد في قوله : ( وقدر في السرد ) : لا تدق المسمار فيقلق في الحلقة ، ولا تغلظه فيفصمها ، واجعله بقدر .
وقال الحكم بن عتيبة : لا تغلظه فيفصم ، ولا تدقه فيقلق . وهكذا روي عن قتادة ، وغير واحد .
Dalil hadist bahwa benda mati juga bertasbih:
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sungguh dahulu kami mendengar makanan bertasbih dalam keadaan sedang dimakan.” [HR.Bukhari:3579]
Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya aku menyaksikan Rasulullah SAW dalam sebuah halaqoh; ditangannya ada batu kerikil, lalu batu kerikil itu bertasbih di telapak tangannya. Bersama kami ada Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhuma, maka orang-orang yang berada dalam halaqoh semua mendengar tasbihnya. Kemudian (batu itu) diberikan kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu; lalu batu tersebut bertasbih ditelapak tangannya , semua yang berada di halaqoh mendengar tasbihnya. Kemudian diberikan kembali kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertasbih lagi ditangannya. Kemudian diberikan kepada ‘Umar
radhiyallahu ‘anhu, lalu bertasbih ditelapak tangannya, semua yang berada di halaqoh mendengar tasbihnya. Kemudian diberikan kepada ‘Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, lalu bertasbih ditangannya. Kemudian diberikan kepada kami, tetapi batu tersebut tidak bertasbih ketika berada di tangan salah seorang dari kami. [HR.ath Thabrani]
Dalil Secara Ilmu Fisika :
Kita tahu bahwa setiap benda itu kalau dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil disebut MOLEKUL dan molekul ini masih dpt dilihat.
Molekul jika dipecah pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi disebut ATOM. Atom terdiri dari INTI ATOM dan ELEKTRON.
Inti atom dibagi lagi menjadi dua bagian : PROTON dan NETRON,
Proton bermuatan positif (+), netron mempunyai muatan netral dan elektron bermuatan negatif (-). Elektron ternyata hidup dan berputar (thawaf) mengelilingi inti atom dengan kecepatan 300.000.000 meter/detik sama dengan kecepatan cahaya nampak.
Dari teori diatas dapat diambil kesimpulan: Bahwa pada hakekatnya tidak ada benda mati (meja kursi dll) karena apa? Karena elektron
selalu berputar/bergerak (thawaf) dengan kecepatan 300.000.000 meter/detik mengelilingi inti atom.
Siapa yang menggerakkan elektron tersebut? Apa karena adanya gaya tarik menarik antara proton dan elektron? Mungkin ya. Lantas siapa yg
memerintahkan terjadinya gaya tarik menarik tsb?
Dalam ibadah haji kita juga mengenal adanya thawaf (berputar mengelilingi Ka'bah). Ini identik dengan thawafnya elektron mengelilingi inti atom.
Dan juga identik dengan planet-planet (bumi, bulan, dll) di galaksi bimasakti yg berputar/bergerak (thawaf) mengelilingi matahari.
Yah, mungkin ini adalah salah satu tasbihnya ciptakan Allah SWT. (Wa Allahu a'lam bisshawab)
Lantas bagaimana dengan api, angin, air dan tanah? Tentu benda tsb juga bertasbih, dan untuk melakukan tasbih tentu mempunyai roh (daya hidup).
Malaikat juga bertasbih, karena jika malaikat tsb berhenti bertasbih maka dia akan mati. Ini artinya roh (daya hidup) malaikat tsb ada pada tasbih.
“Segala sesuatu jika berhenti bertasbih kpd Allah SWT maka sesuatu itu akan lebur, musnah, lenyap, hilang keberadaannya (eksistensinya).”
Dengan demikian berdasarkan dalil-dalil diatas penulis berkesimpulan bahwa api, angin, air dan tanah pun juga mempunyai roh, karena kempatnya juga selalu bertasbih.
=> HAWA dan NAFSU
Dalam Al'Qur'an nafsu diistilahkan dengan "jiwa". Ada nafsu/jiwa yg jahat dan ada juga nafsu/jiwa yg baik.
Nafsu menimbulkan atau mengeluarkan hawa yang dalam istilah selanjutnya digabung menjadi satu yaitu “HAWA NAFSU”.
Hawa adalah keinginan sedangkan nafsu adalah perbuatan.
Hawa bisa juga adalah radiasi yang ditimbulkan oleh nafsu.
Misalkan kita ingin makan, keinginan untuk makan itu disebut hawa.
Jadi hawa itu masih dalam batas keinginan.
Kemudian jika keinginan tersebut ditindaklanjuti sehingga kita makan, maka perbuatan makan tersebut disebut nafsu.
Jadi sebetulnya yang perlu di kendalikan itu adalah hawanya atau keinginannya.
Jika hawa terkendali otomatis nafsu juga akan terkendali.
Oleh sebab itulah kenapa istri nabi Adam AS diberi nama Siti Hawa. Karena memang berawal dari keinginan nabi Adam AS yang saat itu merasa kesepian.
Nafsu atau jiwa juga mempunyai jasad tapi jasad halus, dan didalam jasad halus itu juga ada rohnya.
Roh dari nafsu/jiwa berbeda dengan roh manusia, Roh manusia turun/ada pada janin bayi ketika janin bayi berumur antara 3 sampai 4 bulan dalam kandungan ibu. Sedangkan nafsu/jiwa saat itu sudah ada lebih dahulu. Makanya janin bayi sudah hidup dan berkembang (ada denyutan) karena memang disitu sudah ada rohnya, yaitu rohnya dari 4 nafsu/jiwa tadi.
KAPAN NAFSU-NAFSU (JIWA-JIWA) ITU MULAI ADA?
Nafsu/Jiwa sudah ada bersama sperma, dan bisa hidup lama jika bertemu dengan pasangannya yaitu sel telur (terjadi pembuahan) dan menempel di rahim untuk berkembang.
Sperma hidup dan bisa berlari dengan kecepatan tertentu mencari sel telur untuk menyatu (membuahi) dan hidup di dalam rahim.
Sperma hidup dan bisa berlari karena mengandung jasad-jasad halus (mengandung nafsu-nafsu/jiwa-jiwa) dimana jasad-jasad halus tersebut mempunyai roh.
Nafsu/jiwa hidup menyatu dengan jasad manusia, dan berkembang serta bertingkah laku mengikuti perkembangan jasad manusia, dari janin bayi dlm perut ibu, lahir menjadi bayi, menjadi anak-anak, remaja, pemuda/dewasa, dan akhirnya tua dan juga nafsu tersebut akhirnya juga mati (sempurna kembali ke asalnya).
JENIS-JENIS NAFSU
1. NAFSU AMARAH
Nafsu amarah disebut juga EGO adalah nafsu yang paling rendah, paling buruk dan paling jahat tingkatannya dibandingkan dengan nafsu-nafsu yang lainnya.
Bahkan ada yang mengatakan nafsu/ego ini lebih kejam dari pada 70 sifat syetan.
Firman Allah Ta’ala : Surat 12 (YUSUF) Ayat 53
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ يوسف: 53
............Karena Sesungguhnya nafsu amarah itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku........
Nafsu amarah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus terluar sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna merah.
Karena menempati lapisan terluar maka nafsu ini biasanya lebih cepat responnya kalau ada apa-apa dibanding dengan jenis nafsu yang lainnya.
Nafsu amarah berasal dari unsur saripati api, sama dengan jin yg juga diciptakan dari unsur api. Disini ada kesamaan unsur antara pembuatan manusia dengan pembuatan jin yaitu sama sama mengandung unsur api.
Karena berasal dari unsur api tentu nafsu ini juga akan membawa/mewarisi sifat-sifat dari api itu sendiri.
Sifat-sifat dari api antara lain adalah:
Api bersifat panas => Pada diri manusia nafsu ini selalu akan membangkitkan rasa panas/emosi/pingin marah-marah melulu/temperament, mudah tersinggung, ingin beranten, suka bikin jengkel orang lain dan suka jengkel kepada orang lain, suka memecah belah persatuan, memfitnah, mengadu domba, dalam skala negara ingin perang/menjajah/menguasai negara lain, dan lain sebagainya.
Api berwarna merah => Pada saat diri manusia dikuasai oleh nafsu ini biasanya raut mukanya berwarna merah, telinga juga merah, jantung berdetak kencang (nafsu amarah ini memang ada hubungannya dengan jantung manusia).
Api selalu mengambil posisi berdiri tegak keatas menantang, tidak ada api menyala kearah bawah atau kesamping. Jika nyala api diarahkan kesamping atau kebawah tentu ujung api tersebut tetap akan berusaha pada posisi berdiri => Jika manusia sedang dikuasai oleh nafsu api amarah ini maka pada diri manusia tersebut akan mempunyai sifat sombong, tidak mau menerima kebenaran seperti sifat Iblis, selalu berprasangka buruk terhadap orang lain, merasa paling benar sendiri, paling suci sendiri,. Padahal sombong adalah pakaian Allah SWT bukan pakaian manusia atau makhluk.
Namun demikian bukan berarti kita sebagai manusia tidak membutuhkan nafsu amarah. Sebagai manusia kita tetap harus punya amarah, tetapi amarah yang dibolehkan menurut ajaran Islam. Ambisi untuk maju itu nafsu amarah, ambisi untuk bisa naik jabatan dalam pekerjaannya itu juga nafsu amarah, ambisi untuk selalu menang dalam suatu persaingan dalam bidang apapun itu juga salah satu sifat nafsu amarah, dll.
Kalau manusia tidak punya nafsu amarah maka berarti dia bukan manusia, mungkin malaikat. Jadi intinya nafsu amarah itu harus tetap ada pada diri manusia, Cuma kitanya saja yg harus pandai-pandai mengendalikan hawa amarah yg ditimbulkan oleh nafsu amarah itu. WaAllahu’alam bissowab.
2. NAFSU LAWWAMAH
Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an : Surat 75 (Al Qiyaamah) Ayat 2:
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ ﴿٢﴾
“Dan tidak! Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah (jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri)”
Dalam tafsir DEPAG dijelaskankan bahwa : Bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.
Jadi nafsu lawwamah itu nafsu yang selalu menyesali perbuatannya, baik perbuatan terpuji maupun perbuatan tercela, artinya bahwa nafsu ini diri yang tidak mempunyai pendirian.
Sifat seperti ini dimiliki oleh anasir angin dan memang nafsu ini tercipta dari anasir angin.
Coba kita perhatikan tingkah laku angin. Angin bergerak tidak tentu arahnya (tidak punya pendirian), terkadang ke arah utara, selatan, timur, barat, keatas dll. Bergeraknya angin biasanya tergantung oleh musim atau tekanan angin.
Jika manusia lebih dominant nafsu lawwamahnya maka orang tersebut cenderung mempunyai sifat tidak punya pendirian, selalu terbawa arus, plinplan, terbawa oleh mode trend saat itu.
Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat sama dengan sifat binatang, yaitu nafsu birahi/sex dan nafsu makan yg terkadang berlebihan.
Meskipun demikian nafsu ini tetap saja ada sisi baiknya, tinggal bagaimana kitanya saja.
Nafsu lawwamah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus kedua dari luar setelah nafsu amarah sebagai pembungkus hati nurani dan Cahaya nafsu ini berwarna kuning.
3. NAFSU MULHIMAH
Nafsu mulhimah berasal dari anasir air. Karena berasal dari saripati air maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari air.
Sifat-sifat dari air antara lain adalah:
Air selalu mencari posisi tempat yang paling rendah.
Jika lebih dominant nafsu mulhimah ini maka manusia tsb akan mempunyai sifat rendah hati terhadap sesamanya dan selalu merasa rendah diri dihadapan Tuhannya.
Air selalu mengambil bentuk dari wadah yang ditempatinya.
Artinya manusia tsb pandai menempatkan diri, pandai membawa diri terhadap lingkungan sekitarnya atau bisa menyesuaikan diri kepada siapa yang sedang dihadapinya, dll.
Selain itu nafsu ini juga mempunyai sifat empati, gampang iba dan belas kasihan terhadap sesama, suka menolong, dll.
Nafsu mulhimah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus ketiga dari luar setelah nafsu lawwamah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna putih.
4. NAFSU MUTMAINAH
Firman Allah Ta’ala dalam AlQur’an : Surat 89 (Al Fajr) ayat 27
{ يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27)}: المطمئنة : الآمنة المؤمنة
Yg artinya :
Hai jiwa yang tenang
Nafsu mutmainah berasal dari saripati tanah. Karena berasal dari saripati tanah maka nafsu ini mewarisi sifat-sifat dari tanah. Sifat-sifat dari tanah/bumi antara lain adalah:
Tanah/bumi sering disakiti tapi malah selalu memberi manfaat. Lihatlah tanah/bumi, di injak-injak, dicangkuli, diambil isi perutnya (diambil hasil tambangnya), digunduli rambutnya (ditebangi pohon-pohonnya), dirubah bentuknya (diratakan gunung-gunungnya) dan lain sbgnya. Namun tanah tetap sabar. Oleh karena itu orang yg sudah mencapai tingkatan sifat tanah/bumi atau nafsu mutmainah ini biasanya mempunyai sifat yang sabar, rela menanggung beban orang lain dan lain-lain.
Sifat lain dari nafsu ini adalah selalu ingin beribadah terus sehingga terkadang yang lainnya terlupakan.
Nafsu mutmainah secara bawaan lahir menempati lapisan pembungkus keempat dari luar setelah nafsu mulhimah sebagai pembungkus hati nurani dan cahaya nafsu ini berwarna hitam.
0 comments:
Post a Comment